Jumat, 17 Mei 2013

BAHAGIA

Pernah disuatu waktu, saya ditanya oleh seseorang, yaitu pada saat saya sedang menjalani wawancara dalam rangka test penerimaan karyawan. Orang tersebut bertanya kepada saya pertanyaan yang cukup aneh. Kenapa begitu? Ya.., sebab pada saat itu bukan tema tentang pekerjaan yang ditanyakan kepada saya, melainkan pertanyaan tentang hal yang diluar lingkup pekerjaan. Pertanyaan itu adalah : “apakah definisi bahagia atau kebahagiaan menurut saudara?”. Aneh bukan? Mendapat pertanyaan yang tidak disangka-sangka seperti itu, saya cukup takjub juga. Dan tentu tidak begitu siap dalam memberI jawaban yang tepat tentunya.
Saat itu saya katakan, bahwa bahagia atau kebahagiaan adalah keadaan atau kondisi atau suasana hati seseorang ketika mendapatkan apa-apa yang diinginkan telah tercapai. Kemudian oleh orang tersebut ditanya lagi, berarti kalau apa-apa yang diinginkan oleh seseorang tadi tidak tercapai, bisa dikatakan orang tersebut tidak bahagia. Betul begitu? Lalu, bukankah dalam hidup ini seseorang tidak hanya memimpikan satu hal saja dalam hidupnya untuk tercapai, melainkan banyak bukan? Berarti, dapat disimpulkan seseorang tersebut tidak bahagia dong?. Itu tadi sekelumit percakapan yang pernah saya alami. Sayangnya pada saat itu, sipenanya tidak memberikan jawaban yang pasti. Dia hanya memberikan pertanyaan balik yang nampaknya untuk dijadikan PR bagi saya. Lalu, dengan berjalannya waktu, ditambah dengan peertemuan dengan peliknya masalah-masalah kehidupan, pertanyaan itu muncul lagi akhir-akhir ini. Nah, dengan waktu yang tidak dibatasi oleh siapapun, maka saya bebas untuk berusaha mencari jawabannya. Dan jawaban ini tentu saja hanya opini atau pandangan daru sisi kacamata saya yang makin hari makin bertambah plus nya. Tapi sebelumnya, ada teman baik saya yang menyimpulkan bahwa, bahagia atau kebahagiaan itu adalah kondisi dimana kita ikhlas dengan apa yang kita terima saat ini. Menurut pendapat saya, apa yang disimpulkan oleh teman saya itu tidak salah. Untuk memeproleh kondisi hati seperti itu diperlukan apa yang oleh da’i kondang AA Gymnastiar disebut Managemen Qolbu. Penjelasan tentang apa itu Managemen Qolbu, silahkan dipelajari sendiri lewat tulisan-tulisan AA Gym yang sudah ada atau sudah dibukukan. Karena, menurut saya, Allah tidak pernah memberikan kebahagiaan kepada kita mahluknya yang dinamakan manusia. Allah hanya memberikan kita kebaikan-kebaikan, yang jumlahnya bila dihitung, tidak akan mampu kita menghitungnya. Seperti yang sering kita lafadzkan lewat doa yang telah dituntunkan oleh junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW : “Robbana atiina fi dunya hassanah, wa fil akhiroti hassanah, waqiina adzabanar..(QS. Al Baqarah 201)”. Yang bila diartikan insyaAllah berarti :”Ya Tuhanku, berikan aku kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkan aku dari jilatan api neraka”. Benar bukan? Kita dituntun untuk meminta kebaikan, bukan kebahagiaan. Karena masalah kebahagiaan adalah masalah kemampuan masing-masing individu untuk menyikapi segala sesuatu yang terhampar dihadapannya. Apakah sama perasaan dari tiga orang yang menerima uang sejumlah sepuluh ribu rupiah? Belum tentu. Ambil misal, orang pertama adalah seorang pengemis yang tengah kelaparan. Orang kedua adalah seorang karyawan suatu peruahaan. Dan orang ketiga adalah seorang pengusaha sukses atau miliarder. Apakah akan sama mereka dalam menerima pemberian uang sejumlah itu tadi? Orang yang pertama mungkin akan mengucap puji syukur yang tak terhingga, karena dengan uang tersebut hari itu dia dapat mengisi perutnya dengan makanan yang selama tiga hari sebelumnya kosong sama sekali. Betapa bahagianya tentunya orang pertama yang berprofesi sebagai pengemis tadi. Orang yang kedua mungkin akan menyikapinya dengan biasa-biasa saja. Karena uang sejumlah itu baginya tidak begitu berarti. Karena yang sering diperoleh jauh lebih besar dari yang diterima tadi. Walaupun tentu saja tidak juga untuk dibuang uang sejumlah tersebut. Sedangkan orang ketiga, mungkin reaksinya akan berbeda. Dia mungkin akan merasa sangat terhina dengan pemberian sejumlah tersebut diatas. Betapa murkanya seorang miliarder yang memperoleh jumlah uang yang baginya sama sekali tidak ada artinya. Bahkan, untuk sarapan pagipun dia sering melakukannya di luar negeri, dengan menaiki pesawat pribadinya. Yang bila dihitung mungkin bisa seribu kali lipat bahkan lebih dibanding uang sepuluh ribu rupiah yang diberikan padanya. Padahal, bukankah nilai uangnya sama? Bila dibelikan sesuatu barang, akan mendapat barang yang sama oleh ketiga orang tersebut. Tapi coba kita lihat kondisi hati mereka. TiIDAK AKAN SAMA. Begitu pula dengan kebaikan-kebaikan yang telah Allah limpahkan kepada kita mahluknya. Begitu banyak dan tak terhingga. Namun, bagaimana kita menyikapi kebaikan-kebaikan dari Allah tersebut? Diperlukan kecerdasan tidak sekedar kecerdasan akal, namun kecerdasan diatasnya, yaitu kecerdasan hati untuk menyikapi dengan benar segala kebaikan yang terhampar dihadapan kita. Demikian. Wallahualam bi shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar