Rabu, 12 Oktober 2011

Dan Demi Waktu


Salah satu dari sekian banyak tanda-tanda akan datangnya kiamat (besar) adalah waktu seperti di gulung. Begitu cepatnya waktu berputar, bergulir. Menggilas dengan mantabsnya umur yang masih melekat pada kita yang masing-masing, dan kita nampak seperti berusaha menghindari. Namun yang pasti, nanti pada akhirnya akan terkejar juga dan…: FINISH .

Itu sesuai benar dengan firman Allah SWT :
"Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan"
(Al Jumu'ah : 8)

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh,..."

(An Nisaa' :78)

Apa yang menyebabkan pada periode mendekati akhir zaman seperti yang kita jalani sekarang, waktu menjadi terasa begitu cepatnya berganti? Apakah teori hukum Relativitas dari Einstein sedang berlaku saat ini? Atau apa?

Rasulullah SAW bersabda,
”Tidak akan terjadi kiamat, sehingga waktu menjadi terasa pendek.”
(HR Bukhari)

Dari Anas bin Malik Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
"Tidak akan terjadi kiamat sehingga waktu terasa pendek, maka setahun dirasakan seperti sebulan, sebulan dirasakan seperti seminggu, seminggu dirasakan seperti sehari, sehari dirasakan seperti satu jam serta satu jam dirasakan seperti satu kilatan api." (sebentar saja, hanya seperti kilatan api sekejap).
(HR. Tirmidzi)

Dalam menafsirkan lafaz taqarub azzaman (waktu menjadi pendek) dalam hadis diatas, para ulama berbeda pendapat yaitu;
-Sedikitnya keberkahan di dalam waktu (umur)
-Cepatnya hari berlalu
-Ada juga yang mengatakan cepatnya waktu karena beragamnya saran komunikasi dan transportasi sehingga yang jauh menjadi terasa dekat.

Menurut pandangan saya (yang saat ini makin kabur dari sebelum-sebelumnya), hal itu disebabkan oleh situasi dan kondisi dunia saat ini. Dimana kita seperti dikejar oleh waktu, terkadang waktu 24 jam yang sudah sudah terbiasa terhampar di hadapan kita, saat ini tidak lagi mencukupi. Mungkin kalau ada penawaran dari Yang Maha Mencipta segala sesuatu yang ada ini, kepada kita manusia, apakah ingin agar perputaran / rotasi bumi mengelilingi matahari diperpanjang menjadi 30 jam? Tentunya tanpa menimbukan efek yang dapat merubah semua tatanan hidup dibumi, seperti, karena waktu mundur dari 24 jam menjadi 30 jam, berarti harus diatur melalui jarak dari matahari yang makin jauh dari bumi kita. Yang mungkin saja dapat berakibat penurunan suhu rata-rata hingga bebeerapa derajat dari normal. Dan efek-efek lainnya. Seandainya dampak-dampak tersebut dinihilkan, niscaya kebanyakan dari kita akan berkata “ Terima kasih ya Tuhan.., terima kasih…!”.
Begitu hebat dan beratnya tekanan hidup di masa kini. Apalagi nanti. Tekanan pekerjaan, tugas pelajaran, persaingan antar sesame, dimana siapa cepat dia dapat, pendek kata, masalah-masalah seperti itulah yang membuat kita seperti hanya terfokus ke arah sana. Selesai tugas atau pekerjaan satu, telah menanti tugas atau pekerjaan selanjutnya. Selesai satu masalah, telah mengintip masalah yang lain. Wuiiihh….!!!!
Kalau kita simak, apa substansi atau inti permasalahan di atas tadi? DUNIA! Ya.., dunia! Kita telah terlalu disibukkan oleh dunia!. Begitu asyiknya kita terlilit di dalamnya. Sehingga waktu menjadi tidak terasa, cepat sekali rasanya. Bandingkan jika beralih untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan non-dunia. Atau biasa kita sebut AKHERAT, rumah mas depan kita. Bagi Sampeyan yang Muslim (Seperti judul sinetron di SCTV), coba anda ingat-ingat. Ketika anda sedang mengerjakan sholat. Apakah waktu terasa cepat atau lama? Apalagi setelah anda sholat, anda tambah dengan sholat sunah dan dilanjutkan dengan berdzikir. Atau apakah anda pernah merasakan puasa disaat anda sedang libur? Apakah waktu terasa cepat? Atau justru kebalikannya? Atau mungkin anda pernah melakukan I’tikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, di mesjid?
Itulah bedanya. Disitulah letak permasalahannya. Betapa kita selama ini telah terlena, terbelenggu, terlilit dengan masalah kehidupan dunia. Kita tidak menyadari bahwa sebenarnya kita tengah terbelenggu, terbuai, sehingga melupakan tentang kehidupan kita di masa depan, yaitu akherat. Yang justru itu jauuuuhh lebih penting. Sebab kehidupan yang di sanalah, kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan di dunia hanyalah fatamorgana, hanya sementara. Sedangkan kehidupan di akherat adalah kekal adanya. Kita sibuk mencari kehidupan dunia, seolah kita tidak akan mati, padahal kita akan mati, dalam waktu yang tidak lama lagi. Ingat, maut selalu mengintai kemanapun kita pergi. Bahkan hanya karena kejatuhan batu kerikilpun, kita bisa bertemu dengan yang namanya maut (kalau batu kerikilnya satu truk?). Atau mungkin kita mengkhawatirkan tentang nasib anak-anak kita kelak sepeninggal kita. Mau jadi apa mereka? Apa yang bisa kita tinggalkan untuk mereka? Disini kita lupa bahwa Allah telah menciptakan semua mahluk, lengkap dengan rejekinya masing-masing. Sudah satu paket!. Lalu untuk apa kita mengkhawatirkan hal-hal yang sudah dijamin oleh yang menciptakan?. Lalu harta, jabatan dll semua yang menyangkut duniawi, apakah akan kita bawa hingga ke akhirat? Seorang Bupati, apakah di akherat kelak akan tetap menjadi bupati? Milayarder, apakah akan membawa semua depositonya di akherat sana?

" Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anakanakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah
dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"

(Al Munafiquun :9-11)

Lalu untuk akherat, tempat tinggal kita di masa depan, apa yang sudah kita persiapkan? Apakah kita sudah bersibuk-sibuk diri untuk mempersiapkannya? Atau hanya santai, ala kadarnya? Bukankah junjungan kita Rasulullah SAW pernah bersabda :
"Dari Ibnu 'Umar , dia berkata; "Aku bersama Rasulullah SAW, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, lalu mengucapkan salam kepada Nabi SAW, lalu dia bertanya; "Ya, Rasulullah manakah diantara kaum mukminin yang paling utama?" Beliau menjawab: "Yang paling baik
akhlaqnya diantara mereka". Dia bertanya lagi; "Manakah diantara orang mukminin yang paling cerdik?. Beliau menjawab;"Yang paling banyak mengingat kematian diantara mereka, dan yang paling bagus persiapannya (untuk kehidupan) setelah kematian. Mereka itu orangorang yang cerdik"

(Riwayat Ibnu Majah 4259, dengan sanad hasan, lihat ash Shahihah 1384).

"Dari Al bara' RA dia berkata; " kami bersama Rasulullah SAW pada suatu (penyelenggaraan) jenazah, beliau duduk di tepi kubur, kemudian beliau menagis sehingga tanah menjadi basah, lalu beliau bersabda;
"Wahai saudara-saudaraku, persiapkan untuk yang seperti ini!"

(Riwayat Ibnu Majah, Dihasankan oleh Syeikh Al Albani)

Sekarang, sebagai manusia yang diberi kelebihan atas mahluk Allah lainnya, yaitu memiliki akal untuk berpikir, apakah kita masih mau untuk menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akherat?
Jangan sampai kita ternasuk golongan orang-orang yang merugi, seperti yang disebutkan oleh Allah SWT dalam Surat Al Ashr :
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.”
(Al ‘Ashr: 1-3)

Dimana dalam surat tersebut diwartakan bahwa kecuali orang-rang yang beramal shaleh, serta saling berwasiat dalam kebaikan dan kesabaran, semua adalah orang-orang yang merugi. Betapa Allah SWT telah bersumpah demi masa/waktu. Betapa pentingnya waktu itu. Jangan membuang-buang waktu kita yang sangat berharga itu dengan terbelenggu, terlilit, terbuai oleh hal-hal yang sebenarnya bukan menjadi focus dan tujuan awal kita diciptakan di dunia ini.
Wallahu a’lam bishshawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar