Kamis, 19 Mei 2011

Orang Miskin


Berbahagialah orang-orang yang miskin. Loh kok bisa? Dan saya setengah yakin bahwa anda yang membaca tulisan saya ini tidak tergolong orang-orang miskin. Betul kan? Lalu tulisan ini mau ditujukan kepada siapa? Jawabannya, ya orang-orang yang miskinlah.
Berikut bukti-bukti yang menguatkan dalih saya hingga menulis tema ini ;
1. Hadis Rasulullah Muhammad SAW :
يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُسْلِمِيْنَ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَغْنِيَائِهِمْ بِنِصْفِ يَوْمٍ وَهُوَ خَمْسُ مِائَةِ عَامٍ
"Orang-orang faqir kaum Muslimin akan memasuki surga sebelum orang-orang kaya (dari kalangan kaum Muslimin) selama setengah hari, yaitu lima ratus tahun". (Hadits hasan shahîh. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2353, 2354) dan Ibnu Majah (no. 4122), dari Abu Hurairah rahimahullah. Lihat Shahîh Sunan at-Tirmidzi (II/276, no. 1919))
2. Hadis Rasulullah Muhammad SAW :
“Orang kaya susah masuk ke pintu syurga karena banyak pertanyaan-pertanyaan dan merangkak, sedangkan orang miskin segera masuk syurga karena tidak ada pertanyaan tentang harta. (HR Tirmidzi)
3. Hadis Rasulullah Muhammad SAW :
اَللَّهُمَّ أَحْيِنِيْ مِسْكِيْنًا وَأَمِتْنِيْ مِسْكِيْنًا وَاحْشُرْنِيْ فِيْ زُمْرَةِ الْمَسَاكِيْنِ
“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku bersama rombongan orang-orang miskin" (HR. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 4126), ‘Abd bin Humaid dalam al-Muntakhab (no. 1000), dan selain keduanya. Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 308) dan Irwâ`ul Ghalîl (no. 861).)
4. Allah SWT berfirman dalam sebuah hadis qudsi :
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا
شَرْبَةَ مَاءٍ ». رواه الترمذي في سننه (رقم 2490) وقَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
Sahl bin Sa’d bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya dunia sepadan dengan (harga) sayap seekor nyamuk; niscaya orang kafir tidak akan mendapatkan (kenikmatan dunia meskipun hanya seteguk air.” (HR. Tirmidzi)

Saya rasa cukup empat bukti itu saja dulu, walaupun mungkin masih ada lagi bukti-bukti yang dapat ditampilkan, yang isinya lebih kurang sama, yaitu mengenai orang-orang miskin.

Maka, janganlah anda memandang rendah terhadap orang-orang miskin. Bukankah segala yang ada di dunia ini milik Allah SWT?. Manusia hanya dititipkan, entah harta, kedudukan, anak, istri dsb, yang kelak semua itu akan dimintai pertanggung jawaban. Kalau memang bukan titipan semata, kenapa harus dimintai pertanggung jawaban?. Memang ada satu hadis yang mengatakan :
“ sesungguhnya kefakiran itu mendekati kekufuran” (HR. Bukhori, namun ada yg berpendapat bahwa hadis ini dhoif/lemah).
Tapi jangan terlalu cepat berkesimpulan, makanya jangan jadi orang miskin. Hadis itu menurut hemat saya adalah menggambarkan betapa sulit dan berbahayanya kemiskinan itu. Mungkin dulu sering kita dengar kabar mengenai pemurtadan kaum muslimin di tanah air oleh sekelompok orang dari agama yang berbeda. Hanya karena beratnya tekanan kehidupan, segelintir kaum muslim rela menggadaikan keimanannya untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan. Hanya orang-orang yang benar-benar teguh imannya kepada Allah dan RasulNya lah yang mampu terhindar dari kekufuran dalam menjalani kemiskinannya. Sebab dia ikhlas dan ridho atas segala apa yang diberikan Allah padanya, sehingga Allah pun ridho kepadanya. Karena sesungguhnya dalam kemiskinan pun orang bisa tetap beramal shaleh. Bisa dengan senyumannya, tenaganya, pikirannya, do’anya dsb. Memang bukan perkara mudah untuk menjalaninya, semudah kita menuliskan kata-kata ke atas selembar kertas. Butuh suatu perjuangan lahir dan bathin yang sangat berat. Semakin berat ujian yang kita terima dan kita mampu melewatinya, akan semakin tinggi pula nilai diri kita. Bukankah untuk mendapatkan surga itu tidak gratis?

Hadis no.1 & 2 menurut hemat saya adalah sangat mencerminkan ke Maha Adilan Allah SWT. Kenapa? Ya iyalah, bukankah orang-orang kaya telah mendapatkan nikmat terlebih dahulu semasa mereka hidup di dunia? Jadi logis dan adil bila Allah kelak akan bergantian memberikan nikmat kepada orang-orang miskin terlebih dahulu atas keridhoan mereka menerima ujian kemiskinan yang menimpa mereka selama hidup di dunia.
Hadis no.3 menurut hemat saya (selalu saya katakan demikian, karena ini hanyalah merupakan pendapat pribadi saya yang dalam hal kebenaran, bukan merupakan hak mutlak saya sebagai manusia), menggambarkan betapa Rasulullah Muhammad SAW begitu amat penyantun dan belas kasihnya kepada kaum miskin yang terpinggirkan (yang sholeh). Beliaulahlah sang pembela kaum miskin.
Hadis no.4 menurut hemat saya adalah memberitakan kepada manusia, bahwa dunia dan segala isinya adalah milik Allah SWT. Diperuntukan untuk semua mahluknya. Baik yang mengakui Dia sebagai Tuhan yang patut disembah, maupun untuk mereka-mereka yang tidak mengakui. Betapa tidak berartinya dunia dipandangan Allah SWT. Bahkan Dia dia mampu menciptakan dunia dengan berlipat kali lebih indah. Surgapun diwartakanNya melalui firmanNya dalam Al Qur’an, tak pernah didengar oleh telinga, tak pernah terbayangkan dipikiran, tak pernah dilihat oleh mata dalam hal keindahan dan kenikmatannya. Jadi untuk apa pamer kekayaan yang sebenarnya itu semua milikNya? Tentu sangat naïf bila orang-orang yang kaya merasa mereka telah diberkahi Allah di dunia ini. Hanyalah ketaqwaan kita sebagai manusialah yang akan memperoleh berkah dan ridho dariNya. InysAllah, amin.

Lagi pula, sudah menjadi sifat sebahagian besar manusia akan menjadi ingat pada Yang Maha Kuasa, dikala manusia sedang dilanda kesulitan dan memohon kepadaNya untuk diberilan kemudahan dalam mengatasi segala kesulitan yang dihadapi. Keadaan sebaliknya, sebahagian besar manusia akan cenderung lalai dan lupa akan nikmat yang diperolehnya saat itu, semata-mata karunia dari Allah. Manusai pada keadaan seperti ini kebanyakan merasa bahwa semua hasil yang diperolehnya adalah buah dari kerja keras atau usahanya selama ini. Hal itu manusiawi sekali.

Maka, bukan tidak mungkin, Allah sengaja menguji hamba-hamba yang dipilihNya untuk diuji dalam kesulitan, kemiskinan dsb. Tujuannya adalah agar manusia tersebut selalu ingat dan memohon kepadaNya. Agar manusia tersebut ingat bahwa ada kekuatan yang Maha, yang dapat dimintakan segala sesuatu, disampaikan segala keluh kesah. Dia lah Allah, tempat bergantung segala sesuatu. Diibaratkan seorang ibu, ketika melihat si buah hati tidur terlalu lama, maka kan timbul kerinduannya untuk mendengar suara tangisan indahnya. Begitu pula insyaAllah, Allah SWT, Dia senang bila manusia hambanya senantiasa mengingatnya, menumpahkan segala keluh kesah yang dihadapinya hanya kepadaNya, bukan kepada yang lain.
“Iyyaka na’budu, wa iyyaka nastain”. Ayat ini berasal dariNya, diajarkan kepada kita manusia, cara untuk memohon, dengan bahasa yang begitu santunnya.

Ada seorang teman yang pernah berkata kepada saya, bahwa orang islam harus kaya. Entah dari mana dalil atau fatwa itu diperolehnya. Dia berargumen bahwa jangan sampai orang islam menjadi peminta-minta (pengemis). Padahal, untuk tidak menjadi pengemis, tidak selalu harus kaya bukan? Menurut hemat saya, kekayaan atau harta yang dititipkan Allah kepada manusia tidaklah dipergunakan untuk hidup bermewah-mewahan atau hedonisme.. Melainkan untuk dipergunakan di jalan Allah, dengan banyak beramal saleh, seperti bersedekah, zakat, membantu sanak saudara/kerabat yang kekurangan, handai taulan, yatim piatu dan kaum fakir miskin. Seyogyanya yang dipergunakan bagi diri dan keluarganya adalah secukupnya saja. Tidak berlebihan.

Hal mengenai doa Rasulullah SAW kepada Allah SWT agar dijadikan orang miskin, itu adalah keadaan yang sangat istimewa dari manusia yang sangat istimewa. Mengapa demikian? Karena Rasulullah menjadi orang miskin itu adalah merupakan pilihan beliau. Beda dengan orang-orang miskin kebanyakan, mereka miskin bukan karena pilihan mereka, tapi keadaan yang memaksa demikian. Bukankah beliau cucu dari pemuka kaum Quraisy? Bukankah beliau piawai berdagang, dan mengalami masa kejayaannya ketika bersama Siti Khadijah? Bukankah kalau beliau mau, kaum kafir bersedia menyerahkan separuh harta dari seluruh kaum kafir untuk beliau,asalkan beliau berhenti berdakwah? Bukankah harta pampasan perang yang jumlahnya tidak sedikit itu 1/5 atau 20% adalah hak beliau? Maka betapa agungnya sifat dan perilaku Rasulullah SAW tersebut. Betapa beliau ingin menjadikan dirinya suri tauladan kepada umatnya, bahwa beliau saja miskin, tapi beliau beribadah dengan begitu tekunnya. Bagi orang-orang miskin, tidak alasan bagi mereka, jika mengaku sebagai umat Nabi Muhammad SAW, untuk tidak mencontoh beliau dalam ketekunannya beribadah. Apalagi bagi mereka orang-orang yang diberi titipan harta yang berkecukupan, bahkan berlebih oleh Allah, sesungguhnya, harus lebih malu seandainya tidak mensyukuri nikmat Allah tersebut dengan cara beribadah lebih tekun dibanding si miskin.

BTW, bukankah segala yang dilakukan oleh junjungan kita Rasulullah SAW adalah menjadi sunah bagi kita yang mengaku umatnya untuk meneladaninya? Lalu pertanyaannya adalah : bersediakah anda meninggalkan segala harta kekayaan yang dititipkan kepada anda untuk menjadi orang miskin?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar