Kamis, 29 April 2010

KONSEKUEN


Pernahkah ada pertanyaan pada diri anda, kenapa Allah mewajibkan kita kaum muslim untuk melakukan ibadah sholat wajib sebanyak lima kali sehari semalam? Saya yakin sebagian dari pada kita pernah bertanya-tanya baik dalam hati maupun kepada orang lain berupa diskusi atau nasihat dan tausiah. Jawabannya tentu beragam. Ada yang berpendapatkan atau menafsirkan, bahwa dengan melakukan sholat lima waktu sehari semalam, kita berusaha untuk selalu mohon ampun atas segala perbuatan kita yang melanggar ketetapanNya selama selang waktu antara sholat satu ke sholat berikutnya.
Dan juga kita sebagai mahluk lemah yang tentu tidak luput dari godaan hawa nafsu dan bisikan syetan yang terkutuk, untuk selalu mohon petunjuk ke jalan yang lurus selama selang waktu antara sholat satu ke sholat berikutnya juga. Padahal Allah telah berfirman dalam surat Al Ankabuut (29;45)"Sesungguhnya sholat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar".dst. Ada pula yang berpendapat sesuai dengan fiman Allah dalam surat An Nisa (4;103)"Maka apabila kamu telah selesai melakukan sholat (mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring". dst.
Menurut pendapat saya, pendapat-pendapat diatas adalah benar adanya. Lalu pertanyaannya, kalau kita sudah melakukan sholat lima waktu sehari semalam dan mungkin masih ditambah pula dengan sholat-sholat sunah, namun masih juga melakukan hal-hal yang keji dan munkar, kok bisa? Tentu saja bisa. Dan jangan ada dalam benak kita, apa firman Allah diatas benar? Bukankah Dia sudah menjamin bahwa sesungguhnya sholat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Tapi kok kita yang sudah melaksanakan masih saja terkadang tergelincir ke dalam perbuatan-perbuatan nista? Menurut saya, jawabannya adalah terletak pada sholat kita. Apakah sholat kita sudah benar? Apakah sholat kita sudah memenuhi rukun-rukun sholat dengan baik? Apakah sholat kita sudah khusyuk? Dsb. Bahkan Allah berfirman dalam suratAl Maa'uun(107;4-5): 4."Maka kecelakaanlah bagi mereka yang shalat". 5."(yaitu)orang-orang yang lalai dalam sholatnya”. Itu inti permasalahannya. Untuk mengetahui apakah sholat kita sudah benar, mari kita introspeksi dan mencari tahu serta bertanya bagaimana cara sholat yang benar. Bisa melalui literatur, atau seandainya bisa, lebih baik bila bertanya langsung pada orang yang alim dalam hal ini.
Selanjutnya, sebenarnya saya agak tergelitik mengenai bacaan-bacaan dalam sholat itu sendiri. Dalam setiap rakaat, kita selalu diwajibkan untuk membaca surat Al Fatihah, yang merupakan salah satu rukun sholat. Secara logika pemikiran kita, ini tentu sesuai dengan pembahasan kita di awal tulisan di atas tadi, bahwa kita senantiasa mohon perlindungan, petunjuk dari Dia yang Maha Kuasa, dari waktu ke waktu, agar tidak tergelincir oleh bujuk rayu syetan hingga dapat menjerumuskan kita ke jalan yang sesat dan dimurkai olehNya.
Namun, bagaimana dengan bacaan syahadat? Bukankah cukup aneh, bahwa disetiap sholat yang kita kerjakan, minimal sekali kita diwajibkan ber-syahadat? Bukankah didalam hukum/aturan agama islam, syahadat ada dirukun islam yang lima? Dan Syahaddat menempati urutan pertama, artinya sebagai syarat sahnya kita memeluk agam islam yaitu dengan bersyahadat. Kemudian setelah menjadi islam, kita diwajibkan sholat dst..dst. Dan setelah menjadi umat islam, dan melaksanakan sholat, didalam sholat kitapun masih, minimal sekali, diwajibkan bersyahadat kembali. Ada apa ini? Menarik bukan?
Mengapa hal syahadat itu dilakukan terus menerus? Menurut saya (dan ini sekali lagi menurut saya, tentu saja bisa salah, bisa juga benar, dan tidak menutup untuk didiskusikan), syahadat atau persaksian bahwa tidak Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul atau utusan Allah bukanlah sekedar persaksian saja. Namun menuntut konsekuensi atas pilihan persaksian tersebut.
Analoginya sederhana. Misalkan kita mengenal seseorang, atau katakanlah atasan kita di tempat kita bekerja. Kita tahu atasan kita, kita kenal dia baik nama maupun jabatannya. Lalu, apakah hanya itu? Bagaimana andaikan dia berkata atau memberi perintah kepada kita? Apakah kita merasa cukup tahu nama dan jabatannya saja, namun kalau diperintah oleh beliau; “nanti dulu”. Bukankah itu pelecehan namanya? Sudalah jelas kita tahu dia atasan kita, yang oleh perusahaan diberi tugas untuk mengatur perusahaan, termasuk kita sebagai karyawan atau anak buah, masih beranikah kita membantah perintahnya? Tentu saja dalam hal ini perintah yang sesuai dengan garis kebijakan perusahaan, yang memang menjadi tugas pokok kita. Tentu saja logikanya kita harus patuhi dan jalankan perintahnya. Kalau tidak, ada pilihan lain untuk kita yang lebih terhormat : keluar dan cari pekerjaan lain.
Begitu pula dengan syahadat atau persaksian. Kita tidaklah sekedar bersaksi dan mengimani bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah, namun juga mentaati dan menjalankan segala perintahNya yang dalam hal ini melalui seorang utusanNya, yaitu Muhammad SAW. Dimana Rasulullah dalam menyebarkan perintah dari Allah disertai contoh-contoh perilaku untuk diteladani oleh kita yang mengaku sebagai umat beliau, yang disebut juga sunah rasul. Kalau kita tidak mentaati dan menjalankan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya (yang dalam hal ini, segala macam ilmu pengetahuan, jika mampu untuk mengungkap, maka isi dari perintah-perintah tersebut hanyalah berisi kebaikan, tidak satupun yang berisi dusta dan keburukan), apakah ini bukan disebut pelecehan juga? Seperti juga contoh kasusu diatas, ada cara yang lebih terhormat ; keluar dari agama islam, kemudian cari agama lain yang lebih cocok dengan selera dan kemauan kita (peace...he...he..). Jadi, semua itu harus satu paket. Meyakini atau mengimani baik Dzat/dzat maupun segala yang difirmankan atau disabdakan oleh Allah dan rasulNya. Maka dari itu, menurut saya, hikmah dari kita bersyahadat minimal sekali dalam setiap sholat kita, adalah untuk mengingatkan konsekuensi kita terhadap persaksian tersebut. Apakah kita sudah menjalankan segala perintah Allah dan RasulNya, di sebelum dan sesudah melaksanakan sholat? Wallahualam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar